Menara kembar World Trade Center New York yang sempat menjadi ikon sejak dibangun pada 1966, luluh lantak dihantam tragedi 11 September 2001. Kali ini hantaman datang lagi menyusul pembangunan gedung itu terimbas krisis kredit.
Bekas reruntuhan kompleks di jantung kota New York yang dikenal dengan sebutan ground zero itu kini hanyalah sebidang tanah yang kosong melompong. Seolah bangkit dari serangan teroris yang membuat AS terdiam sejenak sebelum memulai invasi di beberapa negara, konstruksi ulang WTC mulai dilakukan beberapa tahun terakhir. WTC pernah teruji, dengan kebakaran yang melanda pada 13 Februari 1975 dan serangan bom pada 26 Februari 1993. Situs yang terkenal dengan sebutan menara kembar itu masih berdiri tegak sebelum kemudian dihantam pesawat oleh teroris di 2001. Namun kini konstruksinya terancam terhambat, bahkan mundur hingga puluhan tahun. Sebab, AS dilanda krisis yang bermula dari kredit macet di sektor perumahan atau subprime mortgage.
Tiga puluh lima tahun ia berdiri, sepanjang itulah yang diperkirakan untuk merekonstruksi ulang sejak dua pesawat menghancurkan mereka di 2001. Pihak developer, Larry Silverstein serta Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey telah membahas hal ini berulangkali.
Demi mempercepatnya, mereka telah menandatangani perjanjian untuk merampungkan tiga dari lima menara yang direncanakan. Perjanjian itu tampaknya harus segera diperbarui, mengingat mereka semua sedang mengalami kesulitan.
Silverstein kesulitan mencari dana untuk menyelesaikan pembangunan menara-menara. Di kasnya kini hanya tersisa dana asuransi sebesar US$ 1 miliar, cukup untuk satu menara saja. Ia menyerahkan Otoritas Pelabuhan untuk membiayai dua menara lainnya. Sayangnya, Otoritas Pelabuhan hanya setuju mendukung biaya satu menara yang saat ini tengah konstruksi.
“Sulit untuk membangun kantor seluas 10 juta kaki persegi, jika tak ada yang akan menghuninya. Tak hanya kepada Direktur Eksekutif Otoritas Pelabuhan, Chris Ward, Silverstein juga meminta pihak swasta untuk membantu konstruksi ulang WTC,” ujar Ward yang membebaskan Silverstein untuk membangun tiga menara.
Sementara Otoritas Pelabuhan sendiri harus menyelesaikan pembangunan gedung pencakar langit setinggi 1.776 kaki bernama Freedom Tower yang akan dibuka pada 2013. Ward pun tak lagi memberikan batas waktu pada Silverstein. Ia hanya diwajibkan membangun apa yang akan berguna bagi masyarakat.
Freedom Tower dan tiga menara Silverstein yang arsitekturnya diserahkan kepada Lord Norman Foster dan Richard Rogers, jika rampung akan menjadi gedung-gedung tertinggi di kota tersebut. Sayang, menurut analisis dari broker real estate Cushman & Wakefield dua menara Silverstein akan selesai atau setidaknya masih dalam proses pada 2013.
Sementara menara ketiga tak akan selesai hingga 2030, yang artinya baru bisa disewakan pada 2036. kemudian, menara kedua yang dibangun tak akan bisa disewakan hingga 2025.
Kepala serikat kontraktor memohon Gubernur New York David Paterson untuk membiayai ketiga menara itu agar bisa mempekerjakan 10 ribu pekerja. Ungkapan senada juga datang dari Walikota New York Michael Bloomberg.
“Saya berharap semua bisa diselesaikan secepat mungkin. Masalahnya, kami harus mengerjakan semuanya atau setidaknya setengahnya. Sebab jika tidak, tak ada yang akan berhasil,” katanya. Apalagi, lanjut Bloomberg, Otoritas berjanji membuka sebagian dari kompleks itu pada peringatan 10 tahun serangan teroris yang dikenal dengan tragedi 9/11 itu.
Kini, Otoritas dan Silverstein menantikan sebuah perjanjian kerjasama baru, dalam hal pendanaan. Terutama untuk menyelesaikan 9/11 memorial, tempat parkir bawah tanah, dan area transit multimiliar dolar. Dalam perjanjian itu, Silverstein tetap akan merogoh kocek hingga ratusan juta untuk menyewa tempat.
Otoritas juga telah membayar US$ 100 juta demi kepentingan yang sama. Syarat lainnya, Silverstein juga harus menyelesaikan atau setidaknya mengerjakan tiga menara pada 2013. Jika tidak, ia harus menyerahkan haknya atas tempat itu. Ikon the city that never sleeps itu, setelah digempur teroris kini tercekik krisis global.
Rabu, 29 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar